Cinta di atas Cinta

Cinta di atas cinta

Dikirim pada Mei 30, 2008 oleh ginan88

Seperti tak pernah lelah burung itu bersabda; hampir setiap pagi ketika aku terbangun, rasanya mereka selalu tersenyum dalam menjalani kisah hidupnya sebagai seekor burung yang merindukan cinta yang telah lama hilang. Kicauannya adalah nyanyian kehidupan yang bercerita arti cinta sejati.

Udara pagi ini benar-benar dingin, menyusuri tulang-tulang sum-sumku dan rasanya aku perlu sedikit hembusan asap rokok dan kopi panas yang di sajikan ibuku di pagi hari. Tapi itu dulu, sekarang aku hidup dalam kesendirian. Ibuku meninggal setahun yang lalu, ayahku entah kemana?.

Aku selalu ingat pesan Ibuku “ Agam kamu ingat ya, untuk belajar dan jangan lupa sholat”. Hampir setiap bangun pagi aku selalu di ingatkan itu. Hanya suara itu yang bisa aku lakukan ketika aku rindu ibu. Untung saja setiap Ibu nggomel;dulu aku selalu merekam nasehatnya di HP ku, karena saking kesalnya aku selalu memutarnya ketika ada pertemuan keluarga, dan setelah semua anggota mendengar omelan melalaui HP ku kami semua tertawa. Sungguh suatu yang tak dapat di sangka tahun ini aku kehilangan ibu.

.


Ada pesan masuk di Hpku “ Siapa ya?”

“Jngan lupa jemput aku di sekolah Jam satu”

Cinta

Aku selalu tertawa kalau melihat cewe ini, pacarku yang selalu pingin di manja dan di perhatikan layaknya seorang ratu dari kerajaan mimpi. Ya !sudahlah aku balas.

”Cin! Pesawatnya ga ada Cuma ada becak ga apa ya?maklum pengangguran..he”

Beberapa menit kemudian

“Knapa ga pakai mobilku aja,”

Aku balas lagi

“Maksudnya, aku harus ke rumah loe, ntar aku di omelin bokap loe krena aku pengngguran”

Aku kadang tidak habis piker; apa yang membuat Cinta mau menerima aku, padahal aku ini seorang pengangguran yang selalu jadi bahan pembicaraan Ibu-ibu arisan di samping kosan ku.

Pernah suatu ketika ketika ada rapat arisan di dekat kosanku..

“ Bu Puri, siapa yang ngontrak di kosannya Ibu?” Tanya salah seorang Ibu-ibu anggota arisan

“ Nak Agam, memangnya kenapa gitu bu? “ Ujar Ibu Puri pemilik kosanku.

“ Gak saya hanya kesal aja kerjaannya itu membaca, padahal dia kan bukan mahasiswa”.

“ Gak apa-apa atuh bu, yang penting dia bayar aja perbulan”. Sahut Ibu Puri sambil tertawa “ Sudah ah, jangan ngomongin si Agam kasihan dia anak sebatang kara”

Tiba – tiba ada pesan Baru lagi.

“Kalaubegitu temani aku nonton hari ini. Tunggu aku di tempat biasa”



***

Aku menunggu di depan taman lalu lintas, sambil merasakan udara segar dari pohon –pohon peninggalan bangsa belanda. Jika di lihat dari jauh SMA itu kelihatan angker, tapi yang aku salut dari Cinta adalah sosok cwe mandiri, dewasa dan bertalenta tinggi. Terbukti dengan tanggapannya ketika aku ajak jualan kupat tahu dia begitu antusias.

“ Bener Gam, cari duit itu susah ya? “ Ujarnya waktu itu

“ Makanya, jangan boros” Ujarku

“ Tapi tabungan dari Papah ku masih banyak.”

“ Ya, simpan aja! Buat kuliah tahun depan”.

“ Iya deh, aku akan tabung dan tak akan hidup boros lagi” Ujarnya bangga.

***

Dari sebrang jalan itu, terlihat seseorang yang sedang berjalan mendekatiku. Semakin dekat aura wajah blesteran Indo- Belanda itu semakin jelas dengan mengisyaratkan rasa. Sungguh mahluk yang di ciptakan dari tulang rusuk pendahuluku

“ Hmn…Tumben nunggu biasanya juga di tunggu” Ujarnya

“ Ya! kalau untuk ratu harus selalu tepat waktu dan disiplin, bukanya begitu!” Seru ku “ Oh ya Cin! Keterima di kelas 3 apa?”

“ 3 IPA 1. Makanya aku sekarang lagi happy nich”.

“ Wah selamat ya, Kamu memang pintar. he..he”

“ Siapa dulu. Jika bukan Cinta siapa lagi yang bisa bersaing”. Ungkapnya dengan nada tinggi sambil ketawa.

Aku bangga bisa menemaninya kemana dia pergi, aku menaruh rasa hormat karena kepintaran dan kedewasaannya, tapi terkadang aku merasa gemes ketika melihat egonya yang seperti anak TK. Begitulah mungkin seorang sosok waanita yang pernah aku kenal.

“ Kenapa diam aja?. Gak suka ya! Melihat aku bahagia”.

“ Maafkan aku Cin, sebetulnya aku ingin ngomong”.

“ Ngomong apaan? oh ya aku belum ada kesempatan. Untuk dagang kupat di mobil, yang dulu pernah kita lakukan..sorry bangett!”.

“ Bukan itu yang aku maksud, aku merasa aku tidak pantas untuk kamu Cin, tahu sendirikan! aku pengangguran, dan setiap aku ke rumah kamu; Bokap loe pasti ngomelin aku. Memang benar menurut bokap loe Aku harus ngaca”. Ujarku “ Jika hidup ini barometernya duit, maka orang kecil seperti aku hanya bisa bermimpi untuk mendapatkan sesuatu yang indah.

“ Jangan ngomong kaya gitu dong”.

“ Tapi Cin, aku benar-benar malu..Hari ini kamu ngajak nonton,,tapi aku gak punya duit untuk tiketnya. Sudah berapa kali kamu teraktir aku..”

“ Udah jangan pikirkan…tabunganku masih banyak..ok lah aku Bantu supaya kamu dapat kerjaan…tapi janji jangan tinggalin aku”. Ujar Cinta dengan senyuman manis di bibirnya.

“ Terima kasih Cin. Aku tak akan melupakan kebaikanmu”

“ Ayo kita jalan”. Sambungnya

Suasana taman lalu lintas semakin ramai di kunjungi anak-anak. Aku berjalan mengitari taman itu kearah Bandung Istana Plaza salah satu Bioskop yang cukup popular di kota Bandung. Terkadang aku bahagia ketika Cinta di sisiku, tapi aku tidak bisa untuk terus seperti ini. Aku telah melupakan pesan dari ibu, aku telah melupakan pesan ahlak dari guru ngajiku.Tentang larangan laki-laki dan perempuan. Tapi mudah-mudahan pintu hidayah itu masih ada.

Cinta memegangi tangan ku dengan eratb dan tubuhnya mendekati tubuhku, seperti layaknya seorang kekasih yang merindukan cinta. Sebetulnya hatiku tidak mengijinkan untuk menyentuh tangannya. Tapi aku berharap ada saat kesempatan untuk menjelaskan arti Cinta sebenarnya.


***


Mentari pagi selalu menyinari bumi, tak pernahlelah dia melakukan titah sang pencipta untuk menyinari alam semesta. ketika malam datang dia menyinari bagian bumi lain. Sungguh sesuatu yang setia dan Penuh pesona, karena keteguhan melaksanakan tugas dari Tuhan.

Jika kepatuhan manusia layaknya matahari yang tak pernah lelah menerangi jagad ini, mungkin tak akan ada pernah ada nuklir yang menghancurkan, merusak dan menjatuhkan air mata nyawa yang tak berdosa.

“ Nak agam ada yang mencari nak Agam!” Seru Bu Puri

“ Siapa Bu? “ Tanyaku

“ Temannya katanya”

“ Suruh masuk kamarku aja, tanggung bu lagi di kamar mandi” Ujarku, Siapa pagi-pagi begini?.

“ Mandi nich, dari dalam kamarku. Kok suara wanita.” Ujarku Penasaran “ Eh loe Cin, dari mana pagi-pagi kaya gini?”

“ Kita lari pagi yu!”

“ Kemana ?”

“ Sabuga “

“ Oh ya Cin, bisa di luar dulu ga? soalnya aku mau di baju dulu” Pintaku. Kenapa aku memperbolehkan wanita masuk kamarku? Kenapa lagi Bu puri mempersilahkannya padahal yang datang wanita;apa bu puri ga bisa ngebeda’in wanita dan pria. Entahlah.

“ Dah belum cepat dong?” Sahutnya dari luar.

“ Sudah. Yu kita berangkat”.

***

Kemegahan arena olahraga ini, merupakan ciri dari almamater Institut Teknologi Bandung. Suatu perguruan tinggi paling bergengsi di kota ini. Hari minggu memang suka di datangi orang arena ini, di mulai dari main bola, lari, jogging sampai hanya sekedar menghirup udara pagi di tempat ini.

“ Yu! Kita lari gam” Ujar cinta penuh semangat. Kami mengitari pinggir lapangan sepak bola.

Kenapa aku jadi ingat pada ibu ya? Sepertinya dia hadir disini, dan memberikan nasehat sebelum tidurku. Oh Tuhan perkenankanlah suatu saat aku di pertemukan kembali dalam kasih sayang dan cintamu.

“ Kok dari tadi diam aja sich! “ ujar Cinta “ kamu lagi sakit Gam? “

“ Ga, ayo kita lari lagi”

“ Ayo! “. Begitu semangatnya Cinta berlari dan tak tarasa kami sudah mengelilingi lebih dari delapan kali arena olahraga ini.

“ Kita istirahat dulu Gam? “ Pinta Cinta sambil berjalan kea rah tempat duduk di sebelah selatan Sabuga. Kami duduk sambil melihat mentari pagi yang akan menyinari Bumi. Suasana tenang dan damai kami rasakan bersama.

“ Gam, aku punya kabar gembira”

“ Berita apaan?”

“ Papah membolehkan aku pacaran dengan kamu, tapi aku ada berita lagi”

“ Apa lagi?”

“ Seminggu lagi aku pindah sekolah. Ayah ingin aku mendapatkan Ijazah di Thomas Jafferson senior High School London.”

“ Ya, syukurlah. Mumpung masih muda”

“ Tapi aku takut kehilangan kamu Gam” Ujar Cinta penuh harap.

“ Cin, sesungguhnya aku juga ingin ngomong sesuatu”.

“ Ngomong apa?” Ujarnya penasaran.

“ Cinta. Kesejatian Cinta tak dapat di ukur dengan wujud, tapi dengan nurani dan kesucian. Kamu tahu islam, ajaran indah tentang ahlak. Ajaran yang berserita tentang kesempurnaan cinta. Aku belun bisa melakukannya, tapi aku berharap bisa. Tidak ada ketakutan jika kita paham ini” ujarku panjang. Cinta terdiam sejenak dan sedikit matanya berkaca-kaca.

“ Ajari aku tentang cinta itu Gam, aku ingin mendapatkan cinta itu. Cinta kebahagian sejati!”

“ Tidak semua orang tahu. Kamu tahu wanita muslim yang memakai jilbab. Sebenarnya dia bukan terbelakang mode, tapi dia menjaga kesucian sejati. Banyak godaan untuk mendapatkan semua itu. Aku belum bisa, tapi aku mencoba”

“ Apa menurut kamu aku bisa melakukannya, terlalu banyak kesalahan yang aku perbuat?”

“ Bisa, asal ada usaha. Sepanjang kita masih bisa menghirup udara pagi”.

Kami terdiam, di antara megahnya mentari pagi yang semakin panas. Hidup ini memang tak ada yang sempurna; bahkan ketika kita terjatuh ada satu jalan untuk kembali berjalan kea rah yang lebih baik.

“ Baiklah akan ku coba Gam, demi cinta sejati yang selalu melahirkan kedamaian” Sahut Cinta sambil mengusap air mata di pipinya, yang tak terasa mengalir. “ Tolong belikan aku Jilbab sebelum aku ke London”.