Sebuah BUku Biologi

Sebuah buku biologi
Dikirim Uncategorized pada Maret 27, 2009 oleh ginan88

Mukti namanya. Seorang siswa kelas 3 IPA V, matanya biru dengan tinggi badan 165 cm. Semua siswa di SMA terpesona akan kelihaaiannya dalam main gitar. Apalagi dia seorang indo-Belanda. Ketika istirahat tiba, dia selalu jadi bahan pembicaraan ketika nongkrong di kantin. Ratu Issabela temenku menyebutnya, maklum dia juga ahli dalam pementasan drama sekolah. Pokoknya dia serba perfectlah.

“ Aku ingin masuk FK wan “ ujarnya padaku saat satu Bis secara tidak sengaja.” Kamu rencana kemana ?”

Aku diam tak sadar kalau dia bertanya padaku.

“ wan! Apa kamu dengar pertanyaanku?” Tanyanya sedikit marah.

“ Sorry Muk, apa tadi pertanyaannya?”

“ Ya ampun. Berarti dari tadi kamu tidak mendengarkan aku ngomong dong?”

“ engga! Mendengarkan,,,,serius” Sambungku. Tidak tahu kenapa akhir-akhir ini aku sering tidak konsen. Apalagi dengan seorang pujaan hati.

“ Mendingan masuk FK unpad aja!” lirihku sekena-kenanya.

“ Iyakan! kamu memang engga ngedengerin aku ngomong” nada kecewa terlontar dari mulutnya.

“ Kalau begitu, bisa di ulangi pertanyaannya?”

“ Baiklah” matanya sanbil melihat pemandangan sungai Cikapundung,. Entah kenapa sungai ini jadi pemandangan seluruh penumpang Bis. Tidak tahu kenapa! Mungkin karena sungainya yang tak terawat, atau memang tempat ini tempat yang paling enak di lihat sepanjang Leuwipanjang-Dago.” Sudah lulus SMA kamu mau kuliah mana?”

Pertanyaan itu bagiku terlalu susah untuk di jawab. Mungkin karena aku tak pernah memikirkan masa depan, atau aku seperti anak kecil tak punya rencana.

“ ya, aku belum memikirkan” Jawabku dingin” Kamu ?”

“ Aku mau Masuk FK”

“ FK teh apaan?”

“ Oh my god,,FK ! kedokteran. Bukankah FK sudah menjadi bahasa lumrah kaya HI, FIKOM”

“ nge-test!”

“ Kurang ajar loh”

“ FK mana?”

“ Pinginnya UI Salemba” Ujarnya penuh semangat “ kata kakekku masa muda itu singkat. Jadi kita harus menjelajah semuanya. Sepanjang masih ada kesempatan kita coba”

“ Wah! Hebat. Cita-cita kamu itu sebenarnya ingin jadi dokter atau seniman sih?”

“ Dua-duanya…hehe” Dia tesenyum simpul, karena pertanyaan konyolku”Aku ingin jadi dokter, tapi bisa nyiptakan lagu, nulis scrif film. Yang jelas aku tak ingin di preteli oleh keadaan. Maknya aku selalu ingat pesan kakekku”

“ Ya,,udahlah kalau untuk mukti pasti semuanya bisa”


***

Bell sekolah berdering tanda berakhirnya seluruh kegiatan belajar mengajar. Tadi pada jam pelajaran sekolah aku menitip pesan pada Rani temen sebangku Mukti. Ran Tolong sampaikan pada Mukti, selesai sekolah aku tunggu di belakang sekolah dekat kantin. Penting!! Meski aku harus mengeluarkan uang untuk Rani yang konon katanya dana transport.

Di bangku kantin aku duduk dengan berjuta rasa. Aku bertekad hari ini aku akan mengungkapkan sesuatu pada pujaan hati ku. Pokoknya bagaimana pun aku harus meringankan beban di kepala. Soal diterima dan tidaknya itu tergantung dia.

Waktu menunjukan pukul 14.00 wib, mukti belum juga datang. Bidadariku belum juga datang, rasa kecewa mulai hinggap di kepala. Sejam sudah aku menunggu, seekor semut merah berbaris dingding menatap ku curiga; seakan bertanya tentang penantian lama.


***




Setahun sudah aku lulus dari SMA. Hampir semua teman-teman sekelasku kuliah. Mereka di terima di Universitas-universitas terkemuka; UI, ITB, UGM, ITS bahkan ada yang di luar negri. Sementara aku hanya jadi seorang pekerja di salah satu pabrik Telekomunikasi di Bandung. Bagiku mereka semua telah merencanakan hidup yang matang dan terarah.

Setiap sore aku habiskan waktu untuk membaca novel. Tidak tahu kapan pertama kali aku suka novel, yang jelas Mukti dulu pernah memperkenalkan davinci code karya dan brown. Sampai hari ini novel itu masih aku pegang.

“ Buat kamu aja! Hadiah dari seorang sahabat” Sahutnya di sela-sela upacara perpisahan.

Kini dia jadi mahasiswi UI Fakultas Kedokteran. Beberapa minggu setelah kelulusan dia memberi kabar bahwa dia keterima jalur SPMB. Syukurlah diantara temenku ada yang menjadi Dokter. Semoga jadi dokter yang bermanfaat bagi saudara-saudara yang membutuhkan.

Hari ini sabtu seperti biasa, aku pasti mengunjungi Toko Buku Gramedia. Bukan ingin membeli buku tapi hanya sekedar melihat novel baru atau melihat-lihat barangkalai mahasiswi ITB,UNPAD, UPI, UIN sedang mencari-cari buku. Ya! Buat cuci mata seminggu sekali.

Aku menggunakan jasa Angkutan umum untuk pergi ke Toko Buku itu,. Jarak dari tempat kerja ke Toko buku itu lumayan jauh. Tempat kerjaku di daerah Tegalega; sebelah selatan Lapngan sepak bola samping Gedung PASKHAS SILIWANGI.

Nyanyian jalanan hinggap di telingaku, meronta-ronta seolah-olah mengharap recehan yang tersimpan di balik saku orang-orang berdasi. BUKTIKANLAH PADA DUNIA BAHWA KITA MAMPU, Suaranya melengking diiringi petikan gitar dan tabuhan drum tanpa snare, hit-hat,Chinese dan cymbal.

Sebuah angkot melintas didepanku bertuliskan KELAPA-DAGO. Aku duduk tepat di belakang supir angkot berbibir asap dengan rokok di tangan; mulutnya tak henti-henti komat-kamit mengutuk-ngutuk dirinya.

“ Pusing….pusing nyari duit, aduhhh” Suaranya seperti gonggongan anjng lapar. Semua penumpang merasa tak nyaman, memang sich! Cuaca panas seperti ini paling boring kalau mendengarkan kata-kata kotor di tambah macet tidak ada senyuman hanya serpahan kata yang melukai hati.

Angkot masih melaju. Volume kendaraan hari sabtu biasa tak seperti biasa, karena banyak mobil luar kota, seperti sudah menjadi hal biasa Weekend tujuan semua orang, sedangkan Bandung tempat paling cocok. Apalagi koeksi makanan bandung lebih banyak di banding kota-kota lainnya, begitulah kata slah seorang teman dari Jakarta.



Welcome Toko buku Gramedia

Seorang Satpam memeriksa tasku, dengan alat pendeteksi laser. Kalau di perhatikan alat pendeteksi itu seperti mainan anak-anak yang biasa di jual di emperan jalan. Satpam itu tersenyum ramah padaku seraya berkata

“ Selamat berbelanja, semoga anda puas”

Lantai dua sarana buku best seller, novel mendominasi di antara buku-buku best seller. Buku kanan biasanya lebih banyak di sukai orang dari pada golongan kiri. Makanya tak ada cerita Buku matematika memecahkan rekor seratus ribu kopi.

Setiap tahun dekorasi dan tata letak buku ini selalu berubah-rubah. Sehingga pengunjung merasakan nyaman dan tidak bosan. Benar kata orang hudup tanpa inovasi kehancuran yang di tunggu. Sebuah perusahaan besar akan mampu bertahan jika menciptakan perubahan produk, limit edition dan konsep inovasi sudah ada diantara semuanya.

Para pengunjung terlihat menikmati sajian buku kanan yang berjejer di deretan buku Hobby. Teringat dua tahun yang lalu ketika aku membeli slah satu novel dengan Mukti. Kami mengomentari setiap tema cerita yang tertulis di sampul belakang novel. Apalagi kalau judulnya tema tema cinta basi yang tak pernah menyeluruh mendefunisikan cinta itu sendiri. Ya!masa lalu terkadang terlalu naïf untuk di lupakan.

Aku mendekati buku Religi. Buku-buku Said Alqorni, Yusup alqordowi berada di barisan terdepan. Aku hanya membulak-balikan saja lalu aku mendekati buku-buku olahraga. Seseorang tersenyum padaku dan mendekat. Sepertinya aku hapal orang itu. Menggunakan Jilbab mengenakan baju al-mamater warna kuning. Setelah sekian dekatnya.

“ Hai, pa kabar! “ Ujarnya “ masih ingat”

Senyumnya tak pernah lupa dari memoriku. Dialah pernah hadir di hati. Dia pernah aku tunggu di belakang kelas samping kantin. Dial ah yang melukai hatiku. Tak kutunggu dia datang, mungkinkah dia akan jadi miliku. Atau diaa hanya singgah dan berlalu seperti angin dalam tragedy tsunami.

“ Baik. Kamu gimana Muk?” sapaku

“ Alhamdulilah. Aku baru pulang dari Jakarta” lirihnya gembira “ Wan, maafin aku ya!”

“ Maafin kenapa? Apa aku pernah punya dosa”

“ Aku tak menemui kamu di belakang sekolah”

“ Aku sudah lupa muk,,hehe” aku kaget dengan suara yang keluar dari mulut mukti.Dadulu aku kecewa-sakit hati. Tapi aku sudah lupa, tapi dia masih mengingatnya. Sepertinya utaian katanya telah menggoresi lagi. “ Lupakan saja! kamu memang wanita sempurna yang pernah aku kenal ”

Hati ini mengebuk-gebuk. Mungkinkah harapan itu bersinar kembali.

“ Memangnya dulu ada apa sich, mesti janjian di belakang kelas”

Omongannya seperti halilintar di musim panas. Menjerit, menggema dan menusuk angan.

“ Juju aja! Muk,,telah lama aku menanti. Mendambakan sesuatu sejak dua tahun lalu” Ujarku “ Sebenarnya aku suk…”

“ Muk! Ini buku bagus “ Suara seorang laki-laki dari belakangku.

“ Buku apaan”

“ Anatomi katak” Ujarnya meyakinkan

“ Oh ya, kenalin nich teman sekelasku Wawan” Suara mukti pelan sambil memperkenlkan ku.

“ Andre “ Tangannya keras dan meyakinkan. Seperti seorang penjabat tangan yang berada di pesta-pesta besar.

“ Dia tunanganku wan” Suara mukti seperti aroma racun yang hinggap di lidah.

“ Benarkah. Selamat ya!”

“ kami tunagan di Jakarta kebetulan Andre baru pulang dari Austria S2 spesialis Jantung” Ujar Mukti

“ Kalau ke Jakarta main ke Mampang ya!” Tawar Andre padaku

“ Terima kasih,,mas-Pa!” suaraku kaku.

“ Panggil Andre aja” Sambungnya menguatkan.” Persahabatan segalanya di banding semua umur”

“ Baik Pa! eh Andre” masih saja aku kaku.

“ Kamu jadikan masuk FSRD ITB?” Tanya mukti

“ Sedih muk!”

“ Kok bisa “

Aku lihat andre pura-pura membaca buku.

“ Waktu itu, aku ngambil ekonomi lemah. Sedangkan sadra ngambil jalur beasiswa. Tapi persyaratanya banyak banget Muk. Akhirnya pada tanggal 21 mei, hari rabu tepatnya. Aku kurang satu syarat, yaitu setruk gaji orang tua. Pak Toha nama petugas itu, mengingatkan kamu bisa nyusul hari sabtu aja katanya. Setelah hari sabtu tiba, aku mengunjungi gedung rektorat lagi. Pak toha menolak persyaratanku. Jadi aku tidak mengikuti ujian saringan masuk (USM).Percuma aku belajar skolastik, gambar dan psikotes analitik”

“ Jadi kamu tidak kuliah wa”

“ Ya, seperti itulah. Aku sekarang kerja di salah satu Pabrik”

“ Belum saatnya mungkin wan. Tahun depan kamu nyoba lagi” Mukti menasehati ku” Tuhan selalu punya rencana terindah”

“ Ya! Bukankah itu yang ku ucapkan ketika kita belajar bareng di taman Ganesha”

“ hehe,,,Seandainya”

“ Seandainya apa muk?” Tanyaku penasaran

“ Ah tidak! Oh ya aku harus pulang dulu wan”

Salam perpisahan terjadi. Kulit wanita itu halus, selembut angina segar tersimpan di angan. Andre berpaling padaku dengan ramah pula. “ Jaga mukti baik-baik”

Mukti berpaling padaku dengan senyuman dan sedikit matanya berkaca-kaca. Ternyata, angan itu tidak selamanya indah kawan!. Perlahan Mereka menjauh dariku, nampak pasangan serasi para calon dokter.

“ Lupakanlah, wanita tak hanya satu” Ucapku dalam hati.

Aku kembali menikmati sajian buku Gramedia. Tiba-tiba suara yang tidak asing memanggilku.

“ Wan…”

Aku palingkan ke sumber suara.

“ Mukti…” Ujarku “ ada apa Muk”

Dia mendekatiku.

“ Masuh ingatkah…!”

Dia mengeluarkan sebuah buku yang pernah jadi miliku.

“ Ini buku Biologimu. Maaf wan, aku lupa. Waktu kuliah semester satu buku ini sangat membantuku” Ucapnya “ Terima kasih. Ini uang tiga ribu rupiah. Dulu aku pernah pinjam buat photo copy Fisika pelajaran pak wondo”

“ hehe” Aku haru sekaligus ingin tertawa.

“ Terimalah, sebagai persahabatan abadi”

Selesai hari rabu tgl 4 februari 08