Stres dan Penuh Tekanan Mempercepat Stroke

MUDAH mengalami stres? Segeralah mengontrol stres Anda. Masalahnya, ada peneliti telah menemukan bahwa stres benar-benar meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.

Dengan temuan ini, para peneliti dari
University College, London, telah menentang kebijaksaan medis konvensional yang menyatakan bahwa tidak ada bukti jelas yang menunjukkan hubungan antara tekanan mental dan kondisi jantung.

Studi mereka menemukan, partisipan yang stres lebih berisiko menderita pengerasan arteri dibandingkan mereka yang tetap tenang di di bawah tekanan. Meskipun masih diperlukan penegasan lebih lanjut, temuan ini mendukung nasihat gaya hidup sehat yang menyatakan bahwa stres tidak baik untuk jantung.

Dalam studi yang dipublikasikan di
European Heart Journal ini, para peneliti melibatkan 514 partisipan laki-laki dan perempuan dengan usia rata-rata 62. Tidak satu pun dari mereka menunjukkan tanda-tanda penyakit jantung saat menjalani tes.

Dalam percobaan laboratorium, masing-masing partisipan dihadapkan pada situasi yang penuh tekanan. Mereka diminta menjalani tes mental yang penuh jebakan.

Selanjutnya, kadar hormon stres
cortisol di dalam air ludah mereka diukur. Cortisol dihasilkan oleh tubuh saat berada di bawah tekanan metal atau fisik. Saat dilepaskan, hormon ini bisa menyebabkan penyempitan arteri. Selain pengukuran kadar cortisiol, para partisipan juga menjalani scanning untuk melihat penumpukan material lemak di dinding pembuluh darah.

Hasil menunjukkan, partisipan yang mengalami peningkatan jumlah
cortisol selama tes berisiko dua kali lipat lebih besar mengalami penumpukan lemak di dinding arteri dibandingkan mereka yang tetap tenang. "Studi ini menunjukkan hubungan yang jelas antara stres dan penyakit jantung koroner. Ini merupakan bukti nyata yang pertama," tutur pemimpin studi Profesor Avijit Lahiri, seperti dikutip situs dailymail.